Pamekasan | Sigap88 – Bupati Pamekasan H. Baddrut Tamam, S.Psi di setiap pertemuan selalu mengajak dan mendorong peningkatan ekonomi dari bawah melalui program Sepuluh Ribu Pengusaha Baru (Sapu tangan biru).
Kali ini Bupati Pamekasan Baddrut Tamam memberikan motivasi kepada masyarakat saat dirinya menghadiri acara peringatan Nuzulul Qur’an 1443 H. dan Silaturrahim Forkopimda Bersama PCNU Pamekasan, Jum’at (22/4).
“Program Sapu Tangan Biru dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menumbuhkan ekonomi dari bawah dengan strategi desa tematik,” ungkap Mas Tamam panggilan akrab Bupati Pamekasan.
Dia menyampaikan melalui program ini, pemkab memberikan pelatihan usaha gratis, bantuan alat produksi gratis, bantuan modal dengan bunga nol persen, hingga fasilitasi pemasarannya melalui Offline dan Online.
Maka dari itu, melalui program Sapu Tangan Biru diharapkan segala kebutuhan masyarakat terpenuhi seperti kebutuhan akan Baju, Sarung, Songkok, Sandal, Sepatu bahkan sampai makanan ringan tersedia melalui pengusaha baru besutan Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
“Namun, apabila segala kebutuhan tersebut harus didatangkan dari luar maka akan mustahil masyarakat Pamekasan menjadi sejahtera dan makmur,” ucapnya.
Menurut dia, Kabupaten Pamekasan akan menjadi pasar besar dari berbagai produk yang dibutuhkan masyarakat. Makanya, perlu adanya sudut pandang baru agar semua kebutuhan bisa terpenuhi di Pamekasan.
Saat ini kata Mas Tamam, Sapu Tangan Biru telah menciptakan produk yang tidak kalah kualitasnya dengan produksi luar daerah seperti, yang telah di realisasikan produknya adalah, sarung, dan songkok,Batik, Sepatu, Sandal dan yang lainnya juga sudah ada, tinggal bagaimana kerja sama kemitraan antara pemkab dan NU di bidang pengembangan ekonomi harus massif sampai ke desa-desa.
“Melalui program “Sapu Tangan Biru” yang telah berjalan sejak tahun 2020 untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar Pamekasan bangkit, dan tumbuh subur secara ekonomi,” terangnya
Pemkab Pamekasan siap menfasilitasi pelatihan usaha gratis kepada warga NU yang memiliki struktur kepengurusan hingga tingkat desa atau pengurus ranting. Misalnya menginginkan pelatihan produksi sepatu, songkok, sarung, baju, dan lain-lain.
“Bukan hanya semangat menerima bantuan, tetapi semangat mendorong ekonomi yang makmur, mandiri, yang dimulai dari desa-desa. Ranting punya binaan, hingga nantinya dilatih bagaimana cara menjualnya,” jelasnya