Jakarta | SIGAP88 – Walikota Surabaya Eri Cahyadi menerima piagam apresiasi sebagai Akselerator Entaskan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem dari salah satu media nasional di Jakarta, Kamis (26/10/2023). Hal ini merupakan salah satu bentuk keberhasilan kepemimpinan Eri lewat berbagai upaya dalam program pengentasan stunting dan kemiskinan ekstrem di Kota Pahlawan.

Dalam kesempatan ini, Eri menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat Kota Surabaya. Sebab, keterlibatan warga Kota Pahlawan sangatlah penting dalam upaya percepatan penurunan stunting. Ini terbukti dengan adanya penurunan angka stunting dari 28,9 persen menjadi 4,8 persen dan angka ini terendah se-Indonesia.

“Penghargaan ini saya berikan dan dedikasikan bagi warga Kota Surabaya. Saya berterima kasih kepada warga Surabaya atas kolaborasi bersama Kader Surabaya Hebat (KSH), perguruan tinggi, pentahelix, serta para orang tua asuh atas seluruh investasi yang ada di Surabaya,” kata Eri dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/10)

Baca Juga  DPRD Jatim Gelar Rapat, Bahas Tindaklanjut Evaluasi Mendagri Terkait PAPBD 2024

Walikota Eri menjelaskan bahwa kunci sukses Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam mengentaskan stunting tak lepas dengan upaya pengentasan kemiskinan ekstrem. Menurutnya, kasus stunting muncul lantaran orang tua balita tidak memiliki penghasilan sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan vitamin, maupun gizi anak. Karenanya, di tahun 2024, ia menargetkan Kota Surabaya menjadi zero stunting dan zero kemiskinan ekstrem.

“Terkait pengentasan stunting dan kemiskinan, kami memanfaatkan aset Pemerintah Kota Surabaya untuk dijadikan tempat mengembangkan UMKM atau sebagai tempat yang bisa menghasilkan dan menggerakan ekonomi. Sehingga warga miskin yang ada di Surabaya bisa turun karena mendapatkan pekerjaan, sekaligus bisa mencegah dan mengurangi stunting di Surabaya,” jelas Eri

Advertisement
Baca Juga  Bupati Sumenep Launching Kalender Of Event 2025 'Ngopeni Soengenep'

Kendati demikian, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya ini mengaku tengah mencari solusi mengenai hambatan yang dialami oleh Pemkot Surabaya dalam upaya pengentasan kasus stunting. Yakni, masih adanya warga luar Kota Pahlawan yang memiliki balita stunting, serta ingin mendapatkan intervensi berupa pengobatan gratis dari Pemkot Surabaya.

“Yang datang ke Surabaya tidak bisa dideteksi, ketika ada survey dilakukan maka mereka tercatat sebagai warga yang memiliki balita stunting. Ini yang nanti akan kita sampaikan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bagaimana solusi terhadap permasalahan kota besar seperti kami,” ungkapnya.

Baca Juga  Pelaku UMKM Siap Menangkan Pasangan Fauzi-Imam di Pilkada Sumenep 2024

Secara umum, mayoritas masyarakat yang menerima intervensi Pemkot Surabaya dalam penyelesaian stunting merupakan masyarakat dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah. Orang tua yang tidak memiliki penghasilan akan kesulitan memberikan kebutuhan bagi anak-anaknya.

“Kenapa terjadi stunting? karena orang tuanya tidak memiliki penghasilan akhirnya tidak bisa memberikan vitamin dan lain sebagainya. Untuk pengentasan stunting, dimulai sejak remaja putri diberikan tablet tambah darah (TTD), lalu calon pengantin diberikan edukasi, hingga orang tua kita berikan pekerjaan agar bisa menghidupi keluarganya,” Pungkas Eri(*)

sigap88.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE