Sumenep | SIGAP88 – Pra-Kongres Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumenep di isi oleh pemateri Annisa Zhafaruna Qosasi S.E., M.M yang merupakan putri dari ketua Yayasan Universitas Bahaudin Mudhary Madura (UNIBA) Prof. Dr. Achsanol Qosasi, CSFA., CFrA
Awal mula karir Annisa dimulai dari pendidikan di pulau mapada tahun 2013 di Bina Nusantara Internasional Schole, tahun 2016 SCM Program Univerciti of Quirland, tahun 2018 Nasional of Ekonomic di Universitas Indonesia (UI), tahun 2021 Master of Manajemen di UI, dan UFA Sertifikat of Football Manajemen tahun 2019-2020
Dalam kesempatan itu mbak Nisa sapaan akrabnya memberikan materi tentang “Peran Pemuda Dalam Menghadapi Akulturasi Budaya dan Pendidikan di Era Milenial”
Menurut Nisa, akulturasi merupakan dimana sesuatu orang mengalami suatu perubahan perilaku atau kebudayaan dalam kehidupannya sehari-hari. “Jadi ada integrasi antara dua kultur yang berbeda menjadi satu”. kata Nisa. Sabtu (21/1)
Dijelaskan Nisa, pertama merupakan akulturasi yang terjadi didalm group yang di lakukan secara komunitas yang mempunyai budya-budaya yang berbeda, dan yang kedua yaitu, individual yang biasanya sendiri saja
Sebelumnya, akulturasi pertama kali di riset (penelitian) akademik mengeluarkan 4 model akulturasi, pertama asimilasi, contohnya melupakan kultur-kultur yang ada di Indonesia, kemudian ada Seferesion (pemisahan) yang artinya ada pemisahan
Selanjutnya, ada integrasi yang artinya memiliki pemikiran yang terbuka, dan yang terakhir marginalisasi yang artinya tidak mengambil budaya manapun. “Tentu di era globalisasi kita mau tidak mau pasti ada yang namanya akulturalisasi, seperti contoh media sosial yang memperlihatkan seseorang melakukan interaksi yang menimbulakn rasa keingin tahuan”. terangnya
Selain itu, akulturalisasi mempunyai efek yang negatif seperti, melupakan identitas dan nilai-nilai kelurga atau Negara hilang sehingga di gantikan dengan hal-hal yang di peroleh dari media sosial
“Ini merupakan suatu hal yang sering saya lihat di generisensi, yang didalamnya banyak hal-hal yang sudah pudar dari generasi kita”. Ungkapnya
Dari perihal tersebut, Nisa mengajak seluruh mahasiswa agar tetap mempunyai jati diri atau memegang teguh budaya Indonesia tanpa harus terasingkan dari dunia luar dan tetap menjadi global citizen
“Secara teori tentunya harus ada akomodasi yang terjadi ketika perbedaan budaya harus bisa saling menghargai dengan cara berfikir yang terbuka”. tegasnya
Saat ini banyak generasi yang sudah memudarkan budaya-budaya di Indonesia, sehingga perlu dijaga supaya nilai-nilainya tidak pudar. “Dengan segala prioritas yang ada kita harus menjadi individu yang pintar dalam mencerna informasi dan kemudian cerna lalu ambil mana yang bisa di inpruf dan mana yang bisa diganti”. tutupnya